Ditengah hutan, terdapat sebuah pohon yang sangat rindang. Daunnya subur, cabang dan rantingnya sangat banyak. Pada cabang pohon itu ada banyak sekali tawon hutan yang bergerombol membuat rumah. Dari hari kehari semakin bertambah banyak jumlah tawon tersebut. Sehingga ketika tawon-tawon itu bergerombol dekat sarangnya, kelihatan seperti sebuah benda hitam yang sedang tergantung pada sebuah ranting pohon.
Ketika terik matahari begitu panas menyengat, si kancil berlari-lari kecil menuju pohon rindang itu. Rupanya ia ingin berteduh sambil melepaskan lelah. Sambil duduk termenung bersandaran diakar pohon, si kancil menatap suasana sekitarnya. Ia merasakan sejuknya berteduh dibawah pohon rindang tersebut.
Saat mendongak keatas, tiba-tiba matanya yang tajam melihat ada benda hitam tergantung diranting pohon, tepat diatas kepalanya. Cukup lama ia diam sambil terus mengawasi benda hitam tersebut. Hingga akhirnya ketika ada beberapa tawon yang berterbangan dan hinggap pada benda tersebut. Ia baru mengetahui bahwa benda yang terganaatung itu tidak lain adalah tawon yang sedang bergerombol.
Yakin benda itu adalah sarang tawon yang sangat besar, dalam hatinya muncul keinginan untuk menikmati madu yang ada didalam sarang tersebut. “Tapi bagaimana cara mendapatkan madunya? Bila diambil, maka tawon-tawon itu pasti akan menyengatku.” Pikirnya dalam hati.
Cukup lama si Kancil berpikir dalam hati untuk menemukan cara yang dianggapnya tepat untuk mengambil madu tersebut. Pada saat yang sama tiba-tiba datang serigala. Air liur Serigala keluar dari sela-sela giginya yang begitu tajam begitu melihat tubuh kancil yang kecil dan mulus.
“Hmmm... pastilah dagingmu lezat dan enak untuk disantap sebagai makan siang ku Kancil.!” Guman Serigala.
“Kancil gemetar ketakutan, namun hewan cerdik ini menyembunyikan ketakutannya.
“Ohhhh, kamu Serigala!!” Sahut Kancil, “agaknya kamu sudah kelaparan siang ini”
“Benar Cil!, Dan relakan dirimu untuk kumakan.”
“Berarti kau akan membunuhku?.”
“Itu sudah jelas!”
“Tapi tunggu dulu....kau harus dengar kata-kataku.”
“Apa lagi Cil, aku ini sudah sangat lapar, dari pagi belum makan sama sekali”
“Aku disini sedang menjalankan tugas! Kata Kancil setelah sekian detik menemukan gagasan untuk menyelamatkan diri.
“Tugas apa itu Cil? Tanya Serigala penasaran.
“Ini ...aku disuruh oleh Nabi Sulaiman untuk menjaga gongnya.”
“Apa...? tanya Serigala. “Kamu disuruh menjaga gongnya Nabi Sulaiman?.” Dimana itu?”
“Itu..!” Jawab si kancil sambil menunjuk-nunjuk benda yang tergantung di ranting pohon. “Gong itu milik Nabi Sulaiman. Sedangkan dia sekarang sedang pergi.”
“Apakah kamu sudah pernah mendengar bunyi gong itu Cil?” tanya serigala.
“Ohhh...tentu kawan!.” Jawab kancil. Bunyinya sangat merdu sekali.”
“Coba kamu pukul Cil! Aku ingin mendengarnya,” pinta Serigala.
“Ohh jangan.....jangan...! sekali-kali jangan dipukul, nanti aku akan mendapatkan marah dari Baginda Nabi Sulaiman. Aku tidak mau dihukum karena melanggar perintah...”
“Cuma sekali aja Cil, masa kamu tidak mau!. Desak Serigala.
“Tidak...Saya tidak mau! Jawab si Kancil menolak.
“Kalau begitu biarkan saya sendiri yang memukul gongnya.” Pinta Serigala.
“Kamu tidak boleh tanpa ijin Nabi Sulaiman.”
“Lho...Kamu jangan macam-macam Cil!” Kata Serigala. “Kalau kamu tidak mengijinkan aku memukul gong itu maka sekarang juga kamu ku terkam.”
“Jangan dong!” kata Kancil
“Jadi biarkan aku memukulnya!”
“Wah gawat!”
“Gawat apanya Cil” tanya Serigala.
“Sebenarnya gong itu bukan Cuma bersuara merdu, tetapi siapa yang memukulnya dan mendengar suaranya pun akan ditakuti oleh semua binatang lain. Artinya ia akan menjadi raja dihutan ini.”
Mendengar penjalasan Si Kancil membuat Serihgala makin bersemangat. Ia mendengus dan mau menerkam Kancil.
Kancil menjadi ketakutan karena serigala nampak sangat sungguh-sungguh mau menerkamnya. “Baiklah kalau kamu tetap memaksa kawan! Tapi tunggu dulu! Karena aku tidak mau dihukum Nabi Sulaiaman, maka aku harus pergi dulu. Baru setelah aku pergi jauh kamu boleh memukul gong tersebut.”
“Aku setuju Cil” jawab Serigala. Kalau begitu cepatlah kamu meninggalkan tempat ini.” Perintah Serigala.
Selamat tinggal kawan! Semoga kamu bisa menikmati merdunya suara gong itu,” kata Kancil.
Se Kancil pun kemudian bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Namun tanpa sepengetahuan Serigala, ia hanya bersembunyi dibalik semak-semak. Ia menunggu apa yang akan dilakukan Serigala.
“Setelah mengira si Kancil pergi cukup jauh, Serigala pun kemudian mengambil ranting kayu kering yang tergeletak ditanah, tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia segera mendekati benda hitam itu tanpa mengamat-amati terlebih dahulu dan langsung mengayunkan ranting kering tersebut. “Bukkk....! Bukkkk...!”. Dua kali Serigala memukulnya dengan keras. Saat itulah gong yang tidak lain adalah sarang tawon yang bergerombol itu langsung mendengung marah.
Serigala terkejut bukan main. Dia baru menyadari kalau yang dipukulnya tadi bukanlah sebuah gong, tetapi sarang tawon. Tawon-tawon yang merasa terganggu karena dipukul oleh Serigala menjadi mengamuk dan menyerang balik.
“Kanciiiiiiill, keparat....kau menipuku! Teriak Serigala kesakitan karena mulai disengat dibanyak tempat ditubuhnya.
Si kancil yang bersembunyi dibalik semak-semak hanya tertawa kecil melihat apa yang dialami oleh serigala. Dia sangat senang karena keinginannya untuk mendapatkan madu tawon sebentar lagi akan terwujud. Sebab setelah rumah tawon itu dipukul oleh Serigala, banyak sekali madunya yang berceceran ditanah. Sesaat setelah tawon-tawon itu tenang kembali, mulailah si Kancil mendekati tempat itu dan menyantap madunya yang sangat lezat.
Sementara Serigala merasakan kesakitan yang luar biasa. Sambil menahan sakit, ia pun bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar