Kancil Dan Serigala (Kuda Yang Malang).
Saat ini sedang musim kemarau sehingga cuasa siang hari sangat panas. Sinar matahari benar-benar terasa menyengat. Ditengah hutan Kancil berjalan gontai. Perutnya benar-benar kelaparan. Semenjak pagi perutnya belum terisi apapun juga. Dimusim kemarau ini Kancil kesulitan mencari buah timun dan buah segar untuk dimakan.
Kancil berjalan kian kemari, barangkali ada makanan yang bisa dijadikan sebagai pengganjal perutnya yang lapar. Melewati gerumbul didekat sungai kecil, Kancil dikejutkan oleh suara rintihan. Suara yang terdengar sangat memelas meminta tolong.
“Tolong....Tolong...!”
Kancil berdiri tegak mencari sumber suara. Suara itu berasal dari rumpun bambu. Ia pun segerah melangkah untuk mendatangi asal suara itu. Sejenak dilupakannya rasa lapar dan keinginannya untuk mencari makan. Ternyata disana sahabatnya si Kuda tengah diterkam oleh Serigala.
“Tolong...tolong..!” kuda merintih kesakitan. Punggungnya telah berdarah akibat gigitan Serigala. Perutnya tercengkeram kuku tajam Serigala.
“Kena kau” ucap Serigala disela-sela gigitannya. “Hari ini engkau menjadi santapanku”
Si Kuda telah meronta-ronta dengan hebat dan berusaha keras untuk melepaskan diri. Namun gigitan serta cengkeraman Serigala tidak dapat dilepaskannya. Kuda makin kesakitan dan berdarah sementara Serigala makin bernafsu untuk segera memakannya.
Melihat sahabatnya menderita kesakitan, Kancil berusaha memberikan bantuannya. Kancil berkata: “Wah, hebat betul engkau hari ini Serigala.!”
Serigala kaget menyadari kemunculan si Kancil. “Hei Cil... apa kau juga ingin kumakan?” tunggulah sebentar, aku makan Kuda ini dulu.!”
“Cil...tolonglah aku...!” rintih Kuda.
“Tenanglah kawan,” kata Kancil seolah-olah tak memperhatikan penderitaan temannya.
“Aku turut bersyukur dan gembira melihat tangkapanmu ini kawan, meski....”
“Meski apa Cil?...Tanya Serigala sambil menyeringai geram.
“Meski keberuntunganmu belum lengkap adanya!”
“Apa maksudmu Cil”, Tanya Serigala penasaran.
“Kau dapat menangkap Kuda ini hanya karena dia sedang sakit kakinya, cobalah engkau pikir baik-baik. Apakah selama ini engkau bisa mengejar dan menangkap Kuda itu?” tanya Kancil.
“Walaupun larimu kencang, itu belum seberapa dibanding dengan larinya Kuda!”
“Apa maksudmu Cil?” ucap Serigala tak mengerti.
“Maksudku, jika kakinya tidak pincang, mana mungkin engkau mampu menangkap Kuda itu?. Sejenak Serigala melepaskan gigitannya pada punggung Kuda itu. Matanya liar manatap Kancil.
Serigala turun dari atas punggung Kuda, Kancil terus berkata “Kuda itu kakinya pincang karena telapak kakinya luka tertusuk duri. Kalau tidak tenggorokanmu pasti sakit tertusuk oleh duri itu jika kamu tetap makan daging kakinya. Dan kamu akan sukar melepaskan duri itu dari tenggorokanmu.”
Kuda pun mulai menyadari siasat Kancil. “Kalau kau tidak percaya, boleh kau periksa sendiri duri ditelapak kaki kuda itu.”
Serigala menurut, ia beranjak kebelakang Kuda itu dan mau memeriksa dan mencabut duri tersebut. Sementara Kancil mengedip-ngedipkan matanya pada Kuda.
Kuda pun mengangkat kaki belakangnya dan pada saat wajah Serigala mendekat untuk melihat telapak kaki Kuda itu.........
Inilah kesempatan yang baik, Kuda dengan sekuat tenaga menyepak wajah Serigala!
“Nih...rasakan dulu tendangan kakiku...!” teriak Kuda.
Betapa Kerasnya tenaga Kuda menendang Serigala itu hingga tubuhnya terjengkang hingga terbentur kesebuah batang pohon. Wajagnya berdarah hebat dan seketika itu dia pun pingsan.
“Hehehehe..., siasatmu memang jitu Cil!” kata Kuda kepada Kancil.
“Terimakasih ya Cil!”. Kata Kuda berterimakasih kepada Kancil.
“Sama-sama sahabatku....!” sahut Kancil.
“Kita harus segera meninggalkan tempat ini!” sambung Kancil.
“Kau benar Cil, Jika Serigala siuman pastilah akan mengejar kita. Ayo cepat kita berlari meninggalkan tempat ini!”
Itulah hewan kecil namun berotak cerdas. Siapa lagi kalau bukan Kancil.
Kancil tidak selalu nakal dan iseng. Ia memang suka makan timun, tapi tidak berlebihan. Yang jelas Kancil suka menolong hewan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar