KANCIL DAN BUAYA.
Selamat dari kejaran Anjing sehari sebelumnya, kancil pun mulai berani keluar dari persembunyiannya. Cukup lama ia bersembunyi hingga merasakan lapar yang amat sangat karena sedari kemarin belum mendapatkan makanan akibat dikejar-kejar Anjing.
Kancil pun mulai berjalan kearah yang berlawanan dengan arah Anjing yang mengejarnya kemarin hingga suatu ketika sampailah ia di tepi sungai. Diseberang sungai Kancil melihat suburnya rumput-rumputan juga buah-buahan yang biasa dia makan setiap hari.
“Wah bagaimana cara menyeberanginya?” sepertinya sungai ini dalam sekali. Kancil pun merenung sejenak untuk mencari akal.
“Nah ketemu deh caranya!.”
Ia berjalan ke arah rerumpunan pohon pisang yang masih kecil. Dengan sekuat tenaga ia mendorong batang pisang itu hingga roboh satu persatu.
Ternyata si Kancil ingin membuat sebuah rakit untuk bisa mendapat makanan di seberang sana. Setelah rakitnya jadi, ia mendorong rakit tersebut hingga ke tepi sungai,
Tanpa disadari oleh kancil, seekor buaya besar mengintainya dari belakang dan....hup. Dalam sekejap kaki kancil sudah diterkam oleh buaya.
“Aduh pak Buaya.....Tunggu sebentar! Teriak kancil
“Tunggu apa lagi si Cil? Perutku sudah lapar nih!
“Jangan kuatir Pak Buaya, aku tak mungkin bisa melawanmu, tetapi saya pun sedang lapar juga. Jadi biarkan saya mencari makan dulu sehingga saya menjadi kenyang dan gemuk supaya kamu bisa kenyang makan dagingku.
“Anehnya Buaya itu pun mau mendengar ucapan Kancil cerdik itu. Ia pun melepaskan gigitannya pada kaki kancil tersebut.
“Jadi apa maumu Cil? Tanya Buaya tersebut.
“Temanmu banyak kan Pak Buaya?” kata kancil.
“Ya betul, banyak Cil”.
Pak Buaya pun memanggil teman-temannya dan dalam waktu singkat sudah berada dipinggir sungai.
“Kalian harus berbaris disepanjanng lebar sungai agar saya bisa mencapai seberang, disana banyak makanan. Saya akan makan disana, setelah kenyang dan menjadi gendut saya akan kembali kepada kalian” kata kancil dengan tenang.
“Cil, kau jangan coba-coba menipuku ya! Kata buaya tersebut.
“Mana saya berani menipumu”, kata kancil menyakinkan.
Maka buaya-buaya itu pun berbaris sepanjang lebar sungai sehingga kancil mulai melompat dari punggung yang satu hingga punggung yang lainnya dan akhirnya sampai didaratan seberang.
“Ingat Cil jangan coba-coba menipuku”, Kata Buaya itu lagi setelah Kancil menyentuh tanah seberang. Ia menunggu dengan sabar dipinngir sungai sementara kancil mulai makan rumput dan buah-buahan kesukaannya.
Tak berapa lama, kancil muncul lagi dengan perut yang kenyang dan kelihatan lebih gendut sekarang. Rupanya dia sudah kenyang makan.
“Pak Buaya, Berapa jumlah temanmu?” tanya kancil kepada ketua Buaya itu.
“Banyak Cil”.
“Banyak itu berapa? Dihitung dong!” kata kancil pula.
“Belum pernah ku hitung pula” kata Buaya.
“Wah payah, bagaimana cara membagi dagingku nanti”.
“Baiklah, Aku yang menghitung jumlah kalian, sekarang berbaris lah lagi dengan rapi membentuk jembatan hingga seberang sana” perintah kancil kepada buaya-buaya itu.
“Setuju Cil, karena aku ketua Buaya, maka aku berhak mendapat pahamu itu”
Para buaya pun berjejer rapi membentuk sebuah jembatan. Kancil pun mulai melompat ke punggung buaya dan sekaligus menghitung buaya tersebut.
“Satu....dua.....lima.....tujuh.....sebelas.... hingga yang terakhir “
Dan Kancil pun melompat ke tepi sungai lalu melambaikan tangannya.
“Terimakasih Pak Buaya dan selamat tinggal!”
“Lho Cil, kau jangan pergi begitu saja!. Aku belum memakanmu”
“Apa?... mau makan dagingku? sorry yah....” kata Kancil sambil berlari menjauh.
“Dasar Kancil.... tidak bisa dipercaya! Penipu!” umpat Buaya itu.
“Ngga apa-apa!. Aku kan menipu untuk menyelamatkan diri!”.
“Kancil....Kancil.... kembalilah...” teriak para buaya itu.
Tapi kancil terus berlari kencang tanpa ,menghiraukan Buaya-Buaya yang mau memakannya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar