Kancil Dan Harimau 2
Siang itu Kancil hendak pergi minum ketepi danau ditengah hutan. Tiba-tiba datang seekor harimau yang langsung ingin menerkam si Kancil. Dengan mata yang bersinar merah dia menatap si Kancil.
Kancil sangat ketakutan lalu cepat-cepat lari. Dia tidak mau menajdi mangsa harimau itu. Melihat sikancil lari, Harimau pun mengejarnya. Namun ia kehilangan jejak meskipun sebenarnya Kancil berlari lebih lambat. Itu karena si kancil yang cerdik langsung menyelinap dibalik rerimbunan semak-semak. Harimau berkjalan kesana kemari tapi tetap saja si Kancil tidak ditemukan.harimau menjadi sangat kecewa dan kesal. Ia sebenarnya sudah tidak sabar lagi untuk menyantap daging si Kancil karena sudah merasa sangat lapar.
Harimau kemudian menghentikan pencariannya. Ia duduk setengah berbaring sambil bersandaran pada akar pohon. Matanya yang bersinar-sinar menyapu disekelilingnya. Beberapa saat lamanya ia termenung, sampai ia dikejutkan oleh sebuah suara....
“Praaaakk...”
Rupanya bunyi itu berasal dari suara patah sebuah ranting kering yang diinjak oleh Kancil. Si Kancil yang disangka telah pergi jauh dari tempat itu, ternyata masih bersembunyi dibalik rerimbunan daun. Mengetahui si Kancil masih berada tidak jauh dari tempat tersebut, Harimau langsung bergerak menuju sumber suara tadi. Karena keadaan tidak menguntungkan, si Kancil mulai melarikan diri kembali.
Melihat si Kancil yang sedang berlari, Harimau pun memanggilnya. “Hai Kancil....jangan lari...!. aku tidak akan menyakitimu, berhentilah!!.
“Aku tidak akan berhenti!” jawab si Kancil. “Pasti kamu akan memangsaku.”
“Percalah Cil!” aku tidak makan memakan dirimu, Bukankah kita bersahabat?.” Bujuk Harimau.
“Kalau begitu apa jaminannya kalau kamu benar tidak mau memangsaku?”
“Baiklah bila kamu masih ragu, saya akan berjanji bila perkataanku ini bohong, amak aku rela mati ditanganmu.”
Mendengar bujukan dan kata-kata manis sang Harimau yang demikian membuat si Kancil akhirnya menghentikan langkahnya.
Tak seberapa lama kemudian, Harimau sudah bisa menyusulnya.
Akan tetapi Harimau mau mengingkari janjinya, ia mau membohongi si Kancil. Sebab bila tidak bohong mustahil dia bisa punya kesempatan untuk dekat dengan binatang cerdik yang susah ditangkap itu.
“Nah...sekarang kamu kena tipu anak manis!” ucap Harimau dengan gembira
“Apa maksud perkataanmu itu sobat?” tanya Kancil
“Sekarang jangan banyak tanya lagi, sudah saatnya kamu menjadi santapanku hari ini. Aku adalah raja hutan, siapa saja harus tunduk pada perintahku.”
Si Kancil akhirnya menyadari bahwa dirinya sedang ditipu, janji yang pernah diucapkan siraja hutan hanyalah kata-kata bohong untuk mengelabuinya saja.
Namun si Kancil tidak habis akal, ia pun mulai mencari ide baru untuk bisa meloloskan diri dari Harimau itu. “Baiklah bila seperti itu yang kamu kehendaki,” kata Kancil seolah-olah dirinya sedang menyerah. “Tapi....sebenarnya kamu bukanlah satu-satunya raja di hutan ini.” Kata Kancil.
“Apa katamu?? Tanya Harimau yang sudah tidak sabar untuk menyantap si Kancil.
“Sebelum aku mencari minum di danau tadi, sebenrnya aku telah bertemu dengan harimau lain selain dirimu. Dia juga ingin memangsaku sebagaiman yang enkau inginkan. Tapi karena aku haus, terlebih dahulu aku ingin minum di danau. Setelah itu aku menemui dia lagi. Oleh karena itu sebelum kamu memakan aku sebaiknya kamu harus bisa mengalahkan dia.” Kata si Kancil.
“Bila permintaanmu demikian, maka baiklah! Aku akan penuhi, tapi dimana dia sekarang?.”
“Dia tinggal dalam sebuah sumur yang terletak ditengah hutan” jawab si Kancil.
“Sekarang coba kamu tunjukkan tempat itu!” sudah tak sabar aku ingin mengalahkan dia,” kata sang Harimau dengan sombong.
“Aha... benarkah kamu dapat mengalahkan dia?. Dia sangat besar dan kuat,” Kancil berusaha memanas-manasi Harimau itu.
“Sudah.... jangan banyak cakap, antarkan aku kepadanya.”
“Baiklah, mari ikut saya!.” Kata Kancil.
Si Kancil berjalan terlebih dahulu, sementara sang Harimau mengikuti dari belakangnya. Setelah menyusuri jalan yang agak menanjak dan berbelok dua kali, tibalah keduanya ditempat yang dituju. Sebuah sumur yang cukup dalam dan ditumbuhi oleh rumput-rumput yang agak panjang pada sekeliling sumur. “Inilah tempat yang kumaksud” kata Kancil. “Cobalah kamu tengok kedalam. Pasti kamu akan melihat seekor Harimau didalamnya.”
Sang Harimau kemudian berjalan mendekati sumur itu, ia kemudian langsung menengok kebawah. Harimau itu melihat dengan jelas bahwa didalam sumur juga ada Harimau yang mirip dengan dirinya. Tak lama kemudian, Harimau itu meraung dengan keras. “Aaauuuummmmgg..!” suaranya terdengar menggelegar keseluruh penjuru huta.
Namun saat itu pula dari dalam sumur juga ada suara aungan yang sama.
“Nahh.... dia jua meraung sobat! Kata si Kancil, “Dia seperti sedang menantangmu.”
“Apa..? Dia berani menantangku?”
“Benar! Bila kamu tidak percaya, meraunglah sekali lagi. Dia pasti akan meraung juga sebagai pertanda bahwa dia juga berani kepadamu,” Ucap si kancil meyakinkan.
Sang harimau pun meraung sekali lagi. Raungannya sangat keras melebihi yang pertama tadi. Dan ternyata benar, dari dalam sumur terdengar pula suara harimau yang meraung. Maka sang Harimau menjadi sangat marah dan segeralha dia melompat kedalam sumur.
“Byuurrr...!” suaranya begitu menggema dari dalam sumur dan airnya pun menjadi keruh.
Namun apa yang terjadi. Ternyata didalam sumur tidak ada harimau lain. Suara raungan tadi hanyalah suara pantulan gema suara harimau itu sendiri yang timbul dari dalam sumur. Dan harimau yang terlihat didasar sumur adalah bayangannya sendiri saat dia melihat kedasar sumur tadi. Sebab air didalam sumur sangat jernih sehingga bisa menghasilkan bayangan yang sangat jelas.
Dengan berlagak bodoh si Kancil bertanya: “ Bagaimana Sobat? Apakah kamu bisa mengalahkan dia?”
“Ternyata kamu menipuku! Sahut harimau bersungut-sungut dan baru sadar kalau dirinya telah dikerjai oleh Kancil.
“Itulah balasannya padamu yang ingkar janji” jawab si Kancil sambil kemudian melangkah pergi.
Tak lama kemudian sang Harimau pun kehabisan tenaga untuk berenang. Perlahan-lahan tubuhnya mulai tenggelam kedasar sumur dan mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar